Dosen STKIP Catur Sakti Raih Gelar Doktor dengan Predikat "Cumlaude" di Universitas Negeri Yogyakarta

Dosen STKIP Catur Sakti Bantul, Gunartati, berhasil menyandang gelar doktor dengan predikat cumlaude seusai menjalani sidang promosi doktor Ilmu Pendidikan di Program Pascasarjana Univeristas Negeri Yogyakarta, Kamis (24/8/2017). Gelar doktor tersebut diraih seusai menyelesaikan, mempresentasikan dan mempertahankan disertasi berjudul "Pengembangan Model Pembelajaran PPKn Berbasis Multikultural Pada SMA di DIY."

Tatik (sapaan akrab Gunartati) diuji oleh enam penguji yaitu Dr. Sugito, MA, Prof. Dr. Achmad Dardiri, Prof. Zamroni, Ph.D., Prof. Dr. Abdul Gafur, Prof. Dr. Anik Ghufron, dan Prof. Dr. Djoko Suryo, dihadapan para tamu dan undangan. Sidang tersebut turut dihadiri oleh pimpinan dan staf STKIP Catur Sakti.

Dalam presentasinya, Tatik menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang pluralis dengan keanekaragaman budaya yang sangat kompleks dan memiliki nilai kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong, toleran, dan juga adaptif. Apabila kearifan budaya ini dapat dikemas dan ditransformasikan dengan baik melalui pendidikan, diyakini akan memberikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultural yang memadai bagi masyarakat Indonesia dan dapat bermanfaat bagi kemslahatan umat manusia, sehingga bisa hidup damai dan harmonis. Akan tetapi sebaliknya, apabila keanekaragaman tersebut tidak mampu dikemas dengan baik, justru akan melahirkan konflik etnis, ras, agama, adat, dan golongan.

Ikon Yogyakarta, sebagai miniatur Indonesia sudah mulai terganggu dengan aksi intoleransi yang membawa unsur SARA yang makin marak terjadi. Di kalangan remaja dan pelajar, aksi klitih turut menambah keserahan dan konflik di masyarakat. Terjadinya konflik dan krisis kultural tersebut tidak terlepas dari “teralineasinya” nilai-nilai budaya bangsa dari proses pendidikan. Padahal pendidikan merupakan medium internalisasi, pelestarian, dan pengembangan budaya bangsa bagi setiap anak didik. Nili-nilai budaya yang adiluhung tersebut terabaikan dalam proses pendidikan, khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Dalam praktik pembelajaran pendidikan multikultural belum menunjukkan hasil sesuai keinginan. Para peserta didik hanya pintar menghafal fakta, konsep, dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa. Hingga sat ini, belum tampak wujud hasil belajar PPKn yang menunjukkan siswa mengamalkan nilai serta keterampilan multikultural nya dalam kehidupan sekolah, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Selama ini telah banyak penelitian dan kajian-kajian tentang pendidikan multilultural, namun belum bayak yang mengkaji dan mengembangkan model pembelajaran, model evaluasi serta perangkat pembelajaran PPKn berbasis multikultural yang secara praktis dapat diterapkan guru di sekolah Menengah Atas (SMA) dalam melangsungkan praktik pembelajaran. Padahal, pengembangan model pembelajaran, perangkat pembelajaran PPKn berbasis multikultural akan memudahkan guru dalam melangsungkan praktik pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan kultural siswa sebagaimana tujuan PPKn di SMA” , ungkap istri dari Dr. Muh. Nur Wangid ini.

“Sementara itu, melalui pengembangan model pembelajaran PPKn berbasis multikultural akan membantu siswa dalam menggali, memformulasikan, mendeskripsikan, menganalisis, dan mengimplementasikan pengetahuan, nilai-nilai dan tingkah laku multikulturalnya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat”, imbuhnya.

“Kompetensi multikultural merupakan bekal untuk dapat hidup secara humanis, demokratis, beradab, dan bermartabat. Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dan kota pelajar, yang dihuni oleh masyarakat yang bearsal dari beragam etnis dan suku, memerlukan adanya proses pendidikan yang mampu memberikan kompetensi multikultural yang memadai bagi setiap masyarakatnya untuk dapat hidup damai dan harmonis dalam keberagaman” , tutup ibu dari Aulia Pasca Sahida dan Fadel Pasca Ashila ini.

Hasil penelitian pengembangan ini berupa buku pedoman, buku guru, dan buku siswa pembelajaran PPKn berbasis multkultural, yang diharapkan mampu menyentuh pengetahuan multikultural yang menyangkut pengetahuan tentang toleransi, dan empati, yang diharapkan lebih mengedepankan enjoyfull learning siswa. Model pembelajaran yang dihasilkan diharapkan dapat membantu meningkatkan skill multikultural yang mencakup dan terlihat dalam kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide, skill bekerjasama dan skill ntuk memecahkan masalah. (Rubiman)