KURANGNYA GURU ASRAMA DAN TINGGINYA BIAYA OPERASIONAL MENJADI PENGHAMBAT IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HOLISTIK ABAD 21 DI SEKOLAH BERASRAMA

Di Indonesia banyak bermunculan SMA berasrama, baik negeri maupun swasta. Akan tetapi yang benar-benar tegas menyatakan menerapkan pendidikan holistik abad 21, hanya SMA N 10 Malang berasrama. Sekolah ini berada di bawah binaan Putera Sampoerna Foundation. SMA N 10 Malang dengan motonya “learn to day, lead tomorrow” berupaya untuk mewujudkan peranannya secara efektif menghasilkan SDM berkualitas sesuai dengan tuntutan perkembangan terkini. Maka dari itu dalam ujian terbuka oleh Ida Rianawaty ini, dirinya berfokus pada faktor pendukung dan faktor penghambat Model Penelitian Holistik abad 21 di SMA Berasrama.

Dengan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan Focus Group Discussion, Ida mendapati bahwa Model Pendidikan Holistik yang diimplementasikan di SMA N 10 Malang mengintegrasikan 4H yaitu Head (intelektual), Heart (emosional, sosial dan spiritual), Hand (keterampilan) dan Healthy (kesehatan) melalui interaksi dengan lingkungan dan masyarakat. Ida juga menjelaskan bahwa di SMA 10 Malang juga menerapkan program ALEYE (Akademik Leadership, Program Ekstrakurikuler atau Learning to Live, Youth Entrepeneurship Program dan Environment Caring Programs.

Kemudian Ida memaparkan mengenai faktor pendukung internal yaitu tersedianya Kurikulum, Tenaga Pendidik Profesional, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Proses Pembelajaran, Sarana dan Prasarana, Manajemen Sekolah, Tri Sentra Pendidikan dan Budaya sekolah. Adapun faktor pendukung eksternal yaitu dukungan Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang dalam bentuk kebijakan dan dukungan dana. Adapun faktor penghambat internal yaitu kekurangan Guru Asrama, kemudian penghambat eksternal adalah tingginya biaya operasional sekolah. (ant)

.