PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SOFT SKILLS TERPADU DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES SMP

Dunia pendidikan perlu mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, namun realitanya pendidikan masih cenderung lebih memperhatikan dimensi pengetahuan saja. Saat ini proses belajar mengajar lebih cenderung berlangsung secara mekanik dan lebih sering tertuju pada dimensi hard skill dibandingkan soft skill.

Permasalahan moralitas yang terjadi dalam masyarakat mengharuskan adanya pendidikan yang mampu memberikan penguasaan yang komprehensif disertai wawasan yang luas dan dilengkapi dengan kesadaran akan pemanfaatannya. Akan tetapi, pendidikan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan kognitif siswa. Hingga saat ini dunia pendidikan belum memberikan perhatian dalam hal penilaian terhadap soft skills yang dikuasai siswa guna mengetahui keberhasilan pembelajaran.

Dari permasalahan di atas, mendorong mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Lilik Indriharta untuk melakukan penelitian yang berfokus pada pembelajaran soft skills. Sesuai dengan bidang yang digelutinya, pengajar mata kuliah Pendidikan Olahraga di Universitas Pembangunan Nasional Veteran ini mengembangkan model pembelajaran soft skills terpadu dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Penjasorkes). Secara lebih spesifik penelitian difokuskan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Yogyakarta.

pada Kamis, 3 November 2016, hasil penelitian tersebut dipaparkan dalam ujian terbuka dan promosi doktor PPs UNY, yang menjadi jalan bagi Lilik untuk meraih gelar doktor pendidikan ke 344 di PPs UNY. Di hadapan Tim Penguji yang dipimpin oleh Dr. Sugito, MA, bapak dua anak ini mengemukakan bahwa pembelajaran soft skills terpadu yang berhasil dikembangkannya terdiri atas 7 (tujuh) dimensi skills dalam hal communication, organizational, leadership, logic, effort, group, dan ethics. "Produk ini telah kami diseminasikan melalui forum guru MGMP Penjasorkes kota Yogyakarta. Rata-rata mereka memberikan tanggapan positif. Para guru berkeinginan untuk memiliki buku panduan model pembelajaran soft skill terpadu tersebut, untuk dapat dipelajari lebih lanjut," ungkapnya.

"Karena masih sangat terbatas dalam lingkup SMP, dan masih berkutat pada bidang Penjasorkes. kami berharap hal ini menjadi peluang bagi peneliti selanjutnya untuk mampu mengembangkan model yang lebih luas. Apabila nantinya lahir penelitian baru dengan pengembangan yang lebih luas, dan dapat diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia, maka SDM yang berkualitas menjadi outputnya, "tutunya. (Rubiman).